“Kalau hanya Protes, Indonesia Cuma jadi Bahan Tertawaan!”
Indonesia harus mampu membuktikan penyadapan yang dilakukan negara-negara yang selama ini dianggap mitra strategis. Pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie menilai selama ini Indonesia tidak pernah menganggap serius masalah penyadapan dan aksi-aksi intelijen yang terjadi.
“Terutama sejak 1998, menurut saya semakin merosot kemampuan lembaga intelijen kita untuk mengantisipasi ancaman,” kata Connie kepada Tempo, Jumat, 1 November 2013.
Jika pun betul badan keamanan Amerika Serikat yang awalnya memantau, menyadap ancaman teror, kemudian berkembang menjadi badan penyadap bagi kepentingan Amerika Serikat di bidang politik ekonomi dan militer, Connie meragukan apakah Indonesia mampu membuktikannya.
“Kalaupun betul lalu bagaimana kita complaint jika kita sendiri belum memiliki ketangguhan teknologi yang mampu membuktikannya?” katanya.
Dia melihat situasi konfrontasi malah tidak menjadi hambatan bagi para agen intelijen untuk beraktivitas. Seperti yang terjadi pada Indonesia dan Malaysia pada 1960-an. Pemerintah kedua negara sedang bermusuhan, namun intelijen kedua pihak tetap berhubungan.
“Justru dalam banyak kasus intelijen merupakan sarana komunikasi yang efektif antara kedua pihak, ketika saluran resmi tertutup oleh situasi perang maupun situasi konfrontasi,” paparnya.
Intelijen masing-masing negara tetap memelihara komunikasi, tentu untuk kebaikan bersama kedua negara. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, intelijen mempunyai prinsip "intelijen profesional yang andal adalah yang mampu mengubah musuh bebuyutan menjadi sahabat sejati".
Sedangkan saat ini, ketika Indonesia malah dipantau oleh mitra strategis, menurut Connie, Indonesia harus siap tempur. Indonesia harus siap menghadapi perang generasi kelima yang sangat menekankan sistem informasi dan teknologi komunikasi.
Tentara Nasional Indonesia sudah harus dipersiapkan baik dari sisi doktrin peralatan personal maupun pelatihan yang mumpuni sesuai dengan perkembangan ancaman.
“Tanpa itu, mau sekeras apa pun kita protes, pertama, kita tidak bisa membuktikan dan kedua, teriakan kita akan jadi bahan tertawaan,” katanya. (*/tmp)
Komentar
Posting Komentar