Disadap Amerika, Indonesia ‘Kebakaran Jenggot’!
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri memprotes keras terkait fakta fasilitas penyadapan di Kedutaan AS di Jakarta yang diberitakan Sidney Morning Herald.
"Indonesia tidak dapat menerima dan mengajukan protes keras terhadap berita tentang keberadaan fasilitas penyadapan di Kedubes AS di Jakarta," kata Menlu Marty M Natalegawa dalam pernyataan tertulis di Jakarta, Rabu (30/10).
Pernyataan tersebut disampaikan dalam menanggapi pemberitaan di surat kabar Sydney Morning Herald yang terbit pada 29 Oktober 2013, tentang keberadaan dan penggunaan fasilitas penyadapan di Kedutaan Besar AS di Jakarta.
"Kami telah berbicara dengan kepala kedutaan AS di Jakarta untuk menuntut penjelasan resmi pemerintah AS atas pemberitaan yang dimaksud," kata Marty.
Marty menuturkan, jika berita itu terkonfirmasi, maka tindakan tersebut bukan saja merupakan pelanggaran keamanan, melainkan juga pelanggaran serius norma serta etika diplomatik. Dan tentunya tidak selaras dengan semangat hubungan persahabatan antarnegara.
Kanselir Jerman, Angela Merkel, Rabu (23/10) menelepon Presiden AS, Barack Obama guna meminta klarifikasi terkait informasi yang menyebutkan negara adidaya itu menyadap telepon seluler miliknya.
Juru bicara Gedung Putih, Jay Carney mengatakan, Obama meyakinkan Merkel, AS tidak memonitor jalur komunikasi Merkel. "Jerman juga meminta penjelasan rinci dari praktek spionase yang dilakukan AS dengan segera," kata Merkel melalui juru bicaranya.
Merkel juga menekankan, jika praktik dugaan spionase terbukti, maka itu benar-benar tindakan yang tidak dapat diterima dan layak mendapat kutukan keras.
"Di antara kawan dan mitra, seperti halnya Jerman dan AS yang telah memiliki hubungan erat selama beberapa dekade, tidak seharusnya ada penyadapan terhadap pimpinan pemerintah, hal tersebut merupakan tindakan yang menghilangkan rasa saling percaya, tindakan seperti itu harus segera dihentikan," tegas Merkel.
Berita tentang penyadapan tersebut merebak ketika Menlu AS, John Kerry melakukan kunjungan ke Roma dan ditanyai sejumlah pertanyaan tentang aktivitas intelijen mereka terhadap negara-negara sekutu AS di Eropa.
Pertanyaan itu didasari pengungkapan mantan kontraktor intelijen AS, Edward Snowden, yang kini telah mendapat suaka sementara di Rusia. Presiden Prancis juga telah mendorong agar isu mata-mata AS agar dimasukkan dalam pokok bahasan saat pertemuan para pemimpin Eropa.
Harian Prancis, Le Monde sebelumnya melaporkan Dinas Keamanan Nasional AS (NSA) melakukan pengumpulan puluhan ribu data panggilan telepon di Prancis. Empat bulan lalu saat melakukan kunjungan kenegaraan ke Berlin, Obama masih membela taktik antiterorisme yang dilakukan AS.
Ketika itu, dalam sebuah jumpa pers bersama Merkel, Obama menegaskan Washington tidak akan memata-matai warganya. (*/Antara)
Komentar
Posting Komentar