Rezim Suriah: “Arab Saudi Musuh Nomor Wahid!”
Perang Suriah antara kubu pemerintah yang dipimpin rezim Presiden Bashar al-Assad dan oposisi tak hanya terjadi di dalam negeri, tapi melebar sampai ke negeri seberang.
Seperti dimuat Gulf Times, Sabtu (21/12/2013), Suriah menyatakan Arab Saudi sebagai musuh nomor wahid dan menuding Arab Saudi ikut campur dalam membantu mempersenjatai kubu oposisi dan kelompok perlawanan menggulingkan Bashar al-Assad.
Arab Saudi, negara kerajaan yang kaya minyak, telah berpihak kepada oposisi sejak dimulainya konflik di Suriah pada Maret 2011. Riyadh menyerukan Bashar harus digulingkan.
Wakil Menteri Luar Negeri Suriah, Faisal Muqdad mengatakan kepada kantor berita Prancis AFP, Arab Saudi menyediakan dukungan bagi kelompok-kelompok yang dicap rezim sebagai 'teroris' di Suriah.
"Menurut saya, mereka semua yang mendukung kelompok-kelompok 'teroris' telah membuat kesalahan besar," kata Muqdad.
"Dan satu-satunya pihak yang menyatakan dukungan penuh kepada kelompok-kelompok 'teroris' kepada Al Qaeda adalah Arab Saudi." ujar Muqdad dalam wawancara Kamis, merujuk pada para kelompok perlawanan yang berusaha menggulingkan Rezim Syiah, Bashar Al-Assad.
Faisal juga mendesak pihak internasional untuk menekan Arab Saudi agar menghentikan dukungannya kepada para oposisi yang hendak menggulingkan Presiden Assad. Dia bilang hal itu untuk mencegah apa ia sebut insiden yang serupa dengan Tragedi WTC 9/11.
"Saya pikir kalau dunia ingin menghindari insiden 11 September lagi, mereka harus mulai memberitahu Arab Saudi 'cukup, cukup'," ujar dia mengacu pada serangan-serangan Al Qaeda pada 2011 atas Amerika Serikat.
"Kami serukan Dewan Keamanan PBB untuk mengambil langkah-langkah perlu untuk mengakhiri aksi rezim Saudi, yang menyokong 'terorisme tafkiri' (ektrimis Sunni) yang terkait Al Qaida," kata kementerian luar negeri dalam satu pesan kepada Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon.
"Arab Saudi tidak hanya mengirim senjata dan membiayai tetapi memobilisasi teroris ektrimis dan mengirim mereka membunuh rakyat Suriah," demikian pesan Suriah itu.
Memanasnya Hubungan
Kerajaan yang diperintah Sunni itu memutus hubungan diplomatik dengan Damaskus menyusul pembunuhan mantan Perdana Menteri Lebanon Rafiq Hariri pada 2005 Februari di Beirut. Hariri memiliki hubungan erat dengan Riyadh.
Empat tahun lalu, hubungan diplomatik dibuka kembali dan Bashar, yang menganut Alawi (sekte Syiah), mengadakan kunjungan resmi ke Riyadh pada Maret 2009.
Raja Abdullah, yang jarang mengadakan lawatan ke luar negeri, membalas kunjungan pada Oktober tahun itu dan menormalkan hubungan kembali kedua negara itu.
Tapi hubungan keduanya memburuk sejak dimulainya perang saudara di Suriah dan akhirnya putus, dengan Riyadh mengulang-ulang seruan bagi diakhirinya rezim Bashar.
Komentar
Posting Komentar