The Jakarta Post Terang-terangan Hina Umat Islam di Bulan Ramadhan
Ketua Umum Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT), Hj. Tutty Alawiyah menyatakan, karikatur media Jakarta Post merupakan musibah besar bagi umat Islam.
Pasalnya, gambar yang diterbitkan koran berbahasa Inggris tersebut terkesan menistakan Sang Pencipta, nabi terakhir, dan kaum Muslim di seluruh dunia.
"Karikatur Jakarta Post itu terang-terangan menghina Islam, Allah, Rosulullah Muhammad Saw. dan umat Islam," ujar Tutty, Senin (7/7) malam WIB.
Mantan menteri negara pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak tersebut menilai, karikatur media tersebut sangat jelas menyudutkan umat Islam. "Allahu akbar. Ini jelas musibah besar," kata Tutty.
Direktur Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam (PKTTI) Universitas Indonesia (UI), Abdul Muta'ali menilai, Jakarta Post telah menghina umat Islam melalui sebuah karikatur yang tidak pantas diterbitkan. Menurut dia, koran berbahasa Inggris tersebut terpaksa melakukannya dengan tujuan tertentu.
Pasalnya, Jakarta Post selama ini, tidak berhasil menggoyahkan ideologi politik Islam di Pilpres 9 Juli besok.
"Saya kira, umat Islam Indonesia sudah sangat cerdas. Kaum Muslim Indonesia sudah bisa memetakan media cetak dan elektronik mana yang konstruktif dan mana yang destruktif," kata Muta'ali saat dihubungi Republika Online, Senin (7/7) malam WIB.
Dia menyoroti media yang sering lantang menyuarakan hak asasi manusia (HAM) dan mengkritisi konsep gender dalam Islam, ternyata justru mendestruktif nilai-nilai demokrasi. "Hal ini justru terbukti tanpa umat Islam harus tunjuk jari," sentil Mutaali.
Menurut Mutaali, aksi provokatif Jakarta Post tidak dilakukan karena kecolongan. Dia menyatakan, publikasi karikatur itu tak akan dilakukan oleh media yang tidak ada jaringan maknanya.
Yang membuatnya kecewa, tindakan itu dilakukan pada saat umat Islam tengah menunaikan ibadah puasa. "Yang lebih miris, hal ini dilakukan pada bulan suci Ramadhan," ungkap Mutaali.
PBNU: Tuntut The Jakarta Post
Pengurus Besar (PB) Nahldatul Ulama (NU) akan menuntut Jakarta Post karena telah melakukan tindak pidana religious crime alias penodaan agama. Ketua PBNU KH Maksum Machfoedz menegaskan, organisasinya akan meminta klarifikasi kepada koran berbahasa Inggris tersebut.
Dia akan meminta apa maksud dari publikasi gambar karikatur berlafaz Tahlil, Allah, dan Muhammad itu yang disandingkan dengan gambar tengkorak yang menjadi simbol bajak laut.
"Kita harus tuntut permintaan maaf terbuka dari Jakarta Post. Kita harus tuntut ini sebagai religious crime, urusannya sudah pidana urusannya, bukan sekadar perdata," ujar Kyai Maksum kepada Republika Online, Senin (7/7).
Menurut dia, karikatur Jakarta Post jelas melukai hati umat Islam. Apalagi, masyarakat Indonesia mayoritasnya merupakan kaum Nahdliyyin.
"Secara pribadi, saya gemetar melihat karikatur itu. Saya juga gemetar membaca berita itu. Tega sekali melakukan pelecehan terhadap agama mayoritas. Tentu ini harus diperkarakan," tegas Maksum.
Tanpa tindakan tegas itu, Maksum mengaku khawatir gelombang gerakan pengadilan jalanan akan membengkak. Menurut Maksum, PBNU dalam setiap geraknya senantiasa mempromosikan kedamaian dan persaudaraan sejati antar umat melalui toleransi tanpa batas, lokal dan global.
Karikatur koran Jakarta Post, edisi Kamis, 3 Juli lalu, menuai kecaman di dunia maya. Dalam edisi yang dimuat di halaman 7, memuat karikatur dengan gambar simbol Islam dalam ukuran yang cukup besar di rubrik Opini.
Itu setelah karikatur tersebut menggambarkan bendera berlafaz 'laa ilaha illallah' dengan logo tengkorak yang terpasang di bendera.
Tidak sekadar itu, lafaz tahlil tersebut dipadukan dengan bendera tengkorak khas bajak laut. Kemudian, tepat di tengah tengkorak, tertera tulisan 'Allah, Rasul, Muhammad'. (*Republika)
Komentar
Posting Komentar