Cerita Duka Kakek Gaza Ini harus Kehilangan 8 Anggota Keluarga Dibunuh Israel
Jumat 17 Juli 2014 menjadi hari terpahit yang tak akan pernah dilupakan oleh Moussa Abu Jarad.
Betapa tidak, kakek yang saat itu baru saja terbangun dari tempat tidurnya itu harus mendapati kenyataan pahit bahwa 8 anggota keluarganya syahid tertembak peluru pasukan Israel.
Ketika itu selepas berbuka puasa, anggota keluarganya tengah berkumpul di kamar tidur menonton televisi serial populer Bab-al-Hara pada pukul 21.00 waktu setempat.
Mereka duduk dekat satu sama lain. Abdel Rahman dan istrinya, Raja bersama, juga kedua anaknya, Moussa yang berumur 6 bulan dan Haneya yang berumur 2 tahun. Ada juga Naim dan anaknya yang berumur 1 tahun, Sameeh. Serta Ahlam yang berumur 15 tahun dan Summer berusia 13 tahun.
Di tengah hangatnya kebersamaan mereka, tanpa peringatan apapun, tentara Israel yang sedang melakukan serangan darat memasuki rumah mereka. Kemudian melepaskan tembakan.
Dor, dor, dor...!! Rentetan tembakan dilepaskan.
Moussa Abu Jarad yang saat itu tengah tertidur lantas terbangun. Ia mendapati anak-anak, menantu dan cucu-cucunya telah bersimbah darah. Rumahnya pun sebagian telah runtuh akibat serangan Israel.
Tak satupun dari mereka yang selamat dalam perjalanan ke rumah sakit.
"Aku tak mengerti", kata Moussa yang pakaiannya masih bersimbah darah yang keluar dari tubuh anggota keluarganya yang sudah tak bernyawa.
"Mereka adalah orang-orang yang baik, terdidik dan dihormati. Tidak pernah melakukan kesalahan apapun dan sekarang mereka meninggal," isak Moussa.
Moussa mengatakan keluarganya tak ada kaitan apapun dengan Hamas maupun Fatah. Ia dan kerabatnya hanya memiliki sebuah bisnis produksi batu bata.
"Kami bahkan tidak pernah menembakkan satu peluru pun," lanjutnya.
Pria berumur 66 tahun itu tak tega memberitahukan kabar buruk itu pada istrinya, Saadeya bahwa 8 anggota keluarganya tewas. Saaedeya hanya mengetahui bahwa mereka berbaring terluka di rumah sakit.
Kini kedua pasangan paro baya tersebut tidak memiliki tempat lagi untuk ditinggali, setelah rumahnya hancur hampir rata dengan tanah.
Rumahnya yang terletak di pinggiran Beit Hanoun, daerah perbatasan Israel kini hanya menyisakan puing-puing dan potongan kayu di mana-mana. Kulkas dan lemari kayu hancur, sisa-sia tempat tidur berserakan di mana-mana.
Seluruh anggota Moussa tewas di hari pertama serangan darat pasukan Israel ke Gaza. Ia tak pernah membayangkan hal ini harus terjadi kepada keluarganya.
Komentar
Posting Komentar