Sudah 627 Nyawa: Yang Terjadi di Gaza adalah Genosida
Rasa takut, tangis duka, pekik kemarahan, kehancuran, genangan darah, jasad-jasad yang bergelimpangan -- itulah yang disaksikan setiap hari oleh warga Gaza, Palestina.
Situs Global Research mengabarkan, berdasarkan data Kementerian Kesehatan Gaza hingga 22 Juli 2014, sudah 820 warga Palestina terbunuh akibat serangan membabi buta Israel dalam 'Operasi Protective Edge' yang dimulai 8 Juli 2014 lalu. Lebih dari 80 persen di antaranya adalah anak-anak berusia di bawah 18 tahun, perempuan, juga lansia.
Korban termuda adalah Fares Jomaa al-Mahmoum, ia baru berusia 5 bulan. Bocah itu tewas terkena tembakan tank Israel di Rafah.
Dua korban yang lain berusia 18 bulan: Mohammed Malakiyeh yang nyawanya melayang di pelukan sang ibu, juga Ranim Jawde Abdel Ghafour yang meninggal dunia saat artileri dan bom negeri zionis menghabisi seluruh keluarga besarnya.
Sementara, korban tertua adalah Naifeh Farjallah yang tewas dalam serangan udara di Moghraqa, Saber Sukkar meninggal dunia dengan sebab serupa, dan Hijaziyah Hamid al-Helou yang tak lagi kuat menanggung cedera berat yang ia derita. Ketiganya berusia 80 tahun.
Israel berdalih, penduduk sipil tewas karena dijadikan 'perisai hidup' Hamas. Namun, PBB menyebut, justru tak ada lagi tempat aman bagi warga sipil di Gaza yang padat.
"Tak ada tempat yang aman bagi warga sipil," kata Jens Laerke juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), pada konferensi pers di Jenewa, seperti Liputan6.com kutip dari Arab News, Selasa (23/7/2014).
Juliette Touma dari UNICEF mengatakan, setidaknya 107.000 anak-anak membutuhkan dukungan pemulihan dari trauma.
Lebih dari 1,2 juta dari 1,8 juta orang di wilayah itu tidak memiliki air, atau hanya punya akses terbatas terhadap air bersih. Sementara jaringan listrik telah rusak, mereka kekurangan bahan bakar untuk menyalakan generator.
Tak hanya masjid, serangan Israel juga nyaris menghancurkan Gereja Saint Porphyrius yang dibuka untuk menampung pengungsi.
"Jemaah masjid dan dan jemaat gereja saling membantu. Kami masih membutuhkan kasur, selimut, makanan, dan bensin karena kami menderita akibat pemadaman listrik. Jika tak ada listrik, artinya tak ada air," kata uskup Alexios.
Genosida: Pembersihan Etnis
Meski nyata-nyata menewaskan ratusan warga sipil, dunia masih terbelah melihat konflik di Gaza. Presiden AS Barack Obama justru mendukung Israel, menilai negara yahudi itu menurutnya punya hak mempertahankan negara dari serangan roket Hamas yang berujung pada agresi militer ke wilayah pesisir Laut Tengah itu.
"Saya sudah berkali-kali sampaikan bahwa Israel punya hak untuk mempertahankan keamanan negara," tegas Obama. "Hasil dari operasi militer, Israel telah menghancurkan infrastruktur Hamas di Gaza."
Dan, sebuah puisi ditulis seseorang bernama James Phares, yang menggambarkan kondisi di Gaza. Bahwa alasan menyerang Hamas secara membabi-buta, telah menjadi hukuman kolektif yang ditanggung semua warga Gaza, termasuk wanita dan anak-anak.
Berikut terjemahan bebasnya:
Hamas, begitu kata Israel, bersembunyi di antara warga sipil
Mereka sembunyi di RS El-Wafa
Mereka sembunyi di RS Al-Aqsa
Mereka sembunyi di pantai, di mana anak-anak bermain sepakbola
Mereka sembunyi di halaman rumah Muhammad Hamad yang berusia 75 tahun
Mereka sembunyi di antara rumah-rumah di Shujaya
Mereka sembunyi di area pemukiman Zaytoun dan Toffah
Mereka sembunyi di Rafah dan Khan Younis
Mereka sembunyi di rumah keluarga Qassan
Mereka sembunyi di rumah penyair, Othman Hussein
Mereka sembunyi di Desa Khuzaa
Mereka sembunyi di antara ribuan rumah yang rusak atau hancur.
Mereka bersembunyi di 84 sekolah dan 23 fasilitas medis.
Mereka bersembunyi di sebuah kafe, di mana warga Gaza sedang menonton Piala Dunia.
Mereka bersembunyi di ambulans yang mencoba untuk menyelamatkan mereka yang terluka.
Mereka bersembunyi di 24 mayat, yang terkubur di bawah reruntuhan.
Mereka bersembunyi pada seorang wanita muda, memakai sandal pink, tergeletak di trotoar, yang ditembak jatuh saat mencoba melarikan diri.
Mereka bersembunyi di dua bersaudara, usia 8 dan 4 tahun, yang terbaring di unit perawatan luka bakar intensif di Al-Shifa.
Mereka bersembunyi di potongan tubuh anak kecil yang dimasukkan dalam kantung plastik dan dibawa oleh ayahnya yang hancur hatinya.
Mereka sembunyi di jasad seorang perempuan sepuh, yang tergeletak dalam genangan darah di lantai batu.
Pembersihan etnis di Gaza harus segera dihentikan...
(*DPS/lip6)
Komentar
Posting Komentar