Alasan Kelud Dijuluki 'Deadliest Volcano'
Gunung Kelud --disebut Kelut dalam banyak literatur Barat-- terkenal sejak abad ke-14. Selain karena berada di wilayah kerajaan yang besar pada zamannya, Majapahit, di kaki gunung itu berdiri Candi Penataran, candi terbesar dan terpenting bagi umat Hindu di Asia bagian selatan.
Gunung Kelud dikenal sebagai salah satu gunung berapi paling aktif di dunia. Gunung itu juga masuk dalam kategori the deadliest volcano, atau gunung berapi paling mematikan, di dunia, seperti ditulis dalam buku Super Volcano: The Ticking Time Bomb Beneath Yellowstone National Park karya Greg Breining.
Sejak tahun 1000, gunung ini telah meletus 30 kali. Selain lahar, letusan gunung ini selalu disertai dengan keluarnya material padat dan gas. Letusan paling hebat terjadi pada 1586 yang menewaskan lebih dari 10 ribu orang. Bahkan dalam beberapa literatur, jumlah korban tewas diperkirakan di atas 15 ribu.
Ada sejumlah alasan mengapa gunung berapi ini masuk kategori "paling mematikan". Selain setiap kali meletus selalu disertai semburan material padat dalam jumlah masif, dampak yang ditimbulkan gunung yang terletak di persilangan Blitar, Malang, dan Kediri ini tak hanya muncul saat gunung meletus.
Pada 1875, menurut buku itu, danau di atas kawah dengan material sebanyak 78 juta meter kubik "tumpah" setelah hujan lebat melanda wilayah kawah selama beberapa hari. Lahar dingin mengalir hingga 8 mil.
Letusan tahun 1901 membuat pemerintah kolonial Belanda membangun dam di Sungai Badak, khusus untuk mengantisipasi lahar. Namun usia dam itu tak lama. Hanya beberapa bulan pada tahun yang sama, dam tak mampu menampung lahar dalam kapsitas besar dan jebol. Banjir lahar menerjang hingga wilayah 23 mil jauhnya, menyapu ratusan desa dan menewaskan 5.160 jiwa.
Upaya selanjutnya adalah membuat terowongan untuk menyodet danau di kawah di dua sisi gunung. Namun suhu tinggi, mencapai 47 derajat Celcius, membuat pengerjaannya berjalan lamban. Pekerjaan baru sepenuhnya selesai pada 1926. Letusan besar pada 1951 kembali meluaskan danau di kawah dan merusak saluran. Setelah letusan 1966 yang menewaskan sekitar 2.000 jiwa. (*tempo)
Komentar
Posting Komentar