Indonesia Waspada Darurat!
Indonesia sedang dalam kondisi waspada darurat. Sebab, berbagai krisis melanda Indonesia. Mulai dari harga dolar yang terus melambung, kedelai sulit, impor bahan-bahan pokok, dan tindakan terorisme terhadap aparat kepolisian.
""Ini adalah tanda-tanda yang telah tampak jelas (kondisi waspada darurat)," Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jend (Purn) Tyasno Sudarto saat berbincang dengan Aktual.co di Gedung Juang, Menteng, Jakarta, Kamis (12/9).
"Indonesia harus waspada darurat, dimana kondisi setiap saat bisa dilanda oleh berbagai macam krisis, tidak hanya kondisi ekonominya tapi krisis-krisis yang lain seperti politik sosial dan budaya," ujar Ketua Umum Dewan Harian Nasional 45 ini.
Waspada darurat tersebut, kata Tyasno lagi, dapat dilihat dari fase-fase kehidupan berbangsa yang dinamakan Ipoleksosbud (Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya).
Pertama kata Tyasno masalah ideologi bangsa Indonesia yang sudah kadung berantakan. Pancasila sudah ditinggalkan dan sudah mau didegradasikan dari dasar negara menjadi pilar, serta maknanya pun sudah mulai diselewengkan.
"Pancasila adalah ideologi terbuka tapi bukan berarti semua ideologi bisa dicampur adukkan, karena juga harus difilter setiap ideologi yang mereduksi," jelasnya.
Kedua, kondisi perpolitikan kita sudah tidak ada lagi menjunjung kebangsaan. Akan tetapi sudah berubah menjadi kekuasaan.
"Jadi sudah tidak ada lagi cita-cita pembangunan, tapi sudah lebih kepada transaksi untuk menguras kekayaan negara, dan terbukti 70 persen aparat kita korupsi," ucap Tyasno.
Ketiga sektor ekonomi jelas sudah mengarah kepada liberalisme bukan lagi kepada sistem kerakyatan.
"Sumber daya alam kita yang bertujuan untuk kesejahteraan sudah digadaikan oleh asing tanpa adanya usaha sedikitpun dari pemerintah untuk mengerem," sindirnya.
"Ekonomi kita sudah dikuasai asing sehingga kita susah untuk berdikari," tambah sindirnya.
Kemudian keempat lanjut Tyasno adalah masalah sosial, pemimpin bangsa sudah tidak dapat bersatu dengan baik. Bhineka tunggal ika hanya menjadi slogan, dan terjadinya konflik, baik horizontal maupun vertikal dimana-mana, sampai yang terakhir penembakan terhadap polisi dan sebagainya.
"Karena kita sudah kehilangan jati diri sebagai bangsa dengan nilai-nilai kekeluargaan, gotong royong, dan toleransi. Itu semua sudah hilang," imbuhnya.
Yang kelima, kata Tyasno, adalah masalah budaya. Budaya adalah benteng terakhir. Kedaulatan kita sudah tercabik-cabik. Indonesia secara formal saja merdeka, tetapi pada hakikatnya sudah dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan asing, termasuk budaya, sehingga sebetulnya kita tidak berdaulat.
AKTUAL | ACW
Komentar
Posting Komentar