Caleg-caleg Stres Mulai Bermunculan !
Mereka 'berjudi' dengan menjual harta benda yang dimiliki berharap terpilih dan jadi sukses atau kaya.
Gencarnya pemberitaan di media tentang sejumlah rumah sakit yang menyiapkan kamar untuk caleg stress bukan antisipasi kosong. Politisi kagetan yang gagal meraup suara akhirnya bermunculan. Baru dua hari berselang pascapemilu legislatif, ada caleg stres yang sudah jadi berita.
Di Cirebon, Caleg Demokrat, Witarsa – misalnya, kepalanya diguyur air dengan gayung, masih memakai jaket partainya. Caleg Dapil Jabar X sudah kepanasan rupanya. Saat diguyur, Witarsa nampak manut-manut saja.
Keluarganya tidak membawa Witarsa ke rumah sakit dan konsultasi dengan psikiater, melainkan memilih menjalani pengobatan tradisional, dibacai ayat-ayat Al-Quran dan diterapi oleh Ustadz Ujang Bustomi.
Witarsa pun tak malu malu menangis. Dia mengaku stres karena perolehan suara untuknya sangat minim. Padahal, modal yang dikeluarkan sangat besar.
Lain lagi Caleg dari PKS, Muhammad Taufiq (50). Kecewa dan marah perolehan suaranya minim, tiba-tiba dia keluar dari rumah dan mendatangi TPS 2 Dusun Cekocek, Desa Bierem, Kecamatan Tambelangan, Kabupaten Sampang. Bersama temannya, melakukan aksi mengejutkan panitia di TPS.
“Merasa tidak puas dengan hasil perhitungan suara, kedua pelaku pergi ke TKP dan mengambil kotak suara secara paksa, kemudian dibawa ke rumah Saudara Taufik,” ujar Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Ronny F Sompie, Kamis (10/4/). Kedua pelaku kemudian diamankan Panwascam Tambelangan.
Abah Anom: Mereka halalkan Segala cara
KH Abah Anom, pengasuh Pondok Pesantren Al Jauhariyah di Balerante, Palimanan, Cirebon, Jawa Barat kini juga kebanjiran tamu.
Mereka tak lain adalah caleg gagal atau keluarganya. Kedatangan caleg gagal itu bermaksud meminta wejangan dari keturunan Sunan Gunung Djati ini agar tidak stres karena kalah dalam pertarungan Pileg.
Meski hasil resmi dari KPU belum turun, mereka sudah mendapat informasi jika gagal jadi anggota legislatif. Menurut Abah, para caleg tersebut tidak bisa menerima kenyataan mereka kalah. Hal ini karena mereka sudah mengeluarkan uang banyak demi menjadi anggota dewan.
"Yang stres itu biasanya yang duitnya pas-pasan. Dia modalnya dengan jual rumah, tanah atau mobil. Sudah habis banyak tetapi tidak jadi anggota, stres akhirnya," ujar Abah Anom, jumat, dikutip merdeka.
Menurut Abah Anom, sebagian caleg yang datang ke pesantrennya berharap jadi caleg supaya kehidupannya lebih mapan. Mereka 'berjudi' dengan menjual harta benda yang dimiliki berharap terpilih dan jadi sukses atau kaya-raya.
"Tetapi mereka kemudian kalah, padahal sudah jual ini itu. Akhirnya ada yang bisa terima, tetapi banyak juga yang tidak. Kalau suami bisa terima, kadang istrinya nggak terima, atau sebaliknya," ujar Abah Anom.
Abah Anom juga menyayangkan para caleg yang menghalalkan segala cara demi menjadi seorang anggota dewan termasuk melakukan money politics. Menurut Abah, sebagian besar caleg gagal yang datang ke tempat banyak menghabiskan duit untuk nyogok warga.
"Ada yang ngasih Rp 15 ribu, Rp 20 bahkan sampai Rp 50 ribu. Padahal seharusnya jangan pakai money politics seperti itu. Nanti pun kalau terpilih jadinya ya korupsi," ujar Abah Anom menasihati. (*mdk/pbs)
Komentar
Posting Komentar