Pemimpin Taliban Surati Malala: “Inilah Sebab Taliban Membunuhmu!”







Komandan Taliban Pakistan Adnan Rasheed, mengirimkan sepucuk surat kepada Malala Yousafzai, 16, gadis Pakistan yang menjadi korban penembakan tentara Taliban Oktober tahun lalu. Dalam surat bertanggal 15 Juli yang ditulis dalam bahasa Inggris tersebut, Adnan Rasheed penjelasan mengapa tentara Taliban menjadikan Malala target.





Sedikit kilas balik, Malala, yang ketika itu berusia 15 tahun, ditembak oleh seorang pria bertopeng saat dalam perjalanan dengan bus dari sekolah menuju ke rumahnya di kawasan Swat Valley di bagian Barat Laut Pakistan.





Penembakan itu tiba-tiba menjadi sorotan dunia dan Malala diterbangkan ke Inggris untuk menjalani pengobatan. Malala dirawat di Inggris, di mana dokter mengobatinya. Merasa tidak aman kembali ke Pakistan, ia memutuskan mulai bersekolah di sebuah sekolah di Birmingham pada bulan Maret.





Gadis Pakistan itu kemudian dikabarkan berpidato di PBB di New York, pada ulang tahunnya yang ke-16, pekan lalu – yang dijadikan sebagai Hari Malala -.





Dalam suratnya, Rasheed menjelaskan bahwa Malala menjadi target penembakan bukan karena keinginannya yang besar untuk bersekolah. Namun karena Malala dianggap telah memprovokasi masyarakat Pakistan untuk melawan Taliban.





“Taliban percaya bahwa tulisanmu ditujukan untuk melawan mereka dan memfitnah mereka dalam upaya mendirikan sistem negara Islam di Swat melalui tulisan-tulisanmu yang provokatif,” ujar Rasheed dalam suratnya.





Komandan Taliban Pakistan, Adnan Rasheed, membantah pidato Malala yang mebelokkan fakta. Rasheed mengungkapkan dalam surat itu bahwa Malala ditembak bukan karena ia menuntut ilmu di sekolah atau karena ia memperjuangkan pendidikan, melainkan karena ia telah berbicara menentang Taliban yang memperjuangkan Islam di Pakistan.





“Taliban percaya bahwa kau dengan sengaja menulis untuk menentang mereka (Taliban) dan menjalankan kampanye terselubung untuk memfitnah perjuangan mereka dalam menerapkan sistem Islam di Swat dan tulisan-tulisanmu itu provokatif,” tulis Rasheed.





“Kau telah mengatakan dalam pidatomu kemarin bahwa pena lebih berkuasa daripada pedang, maka (dapat dikatakan bahwa) mereka menyerangmu karena ‘pedang’mu, bukan karena bukumu atau sekolahmu”.





Rasheed juga menambahkan bahwa dia bukan menentang prinsip pendidikan bagi kaum perempuan, akan tetapi secara khusus menentang pendidikan Barat – yang dia juluki sebagai kurikulum setan atau sekuler.





Namun isu global begitu cepat dibelokkan, seakan-akan Taliban Pakistan menjadikan Malala sebagai target mereka lantaran Malala memperjuangkan pendidikan bagi kaum perempuan Pakistan.





Rasheed menjelaskan bahwa Malala harus dibungkam karena ia menjalankan kampanye terselubung untuk memfitnah perjuangan Taliban dalam menerapkan sistem Islam di Swat dan tulisan-tulisan Malala dinilai provokatif.





Rasheed menyatakan bahwa pada faktanya Taliban tidak menentang pendidikan bagi kaum perempuan. Rasheed pun memaparkan mengapa Malala bisa sampai menjadi target Taliban.





“Ada ribuan gadis yang pergi ke sekolah sebelum dan sesudah perlawanan Taliban di Swat. Apakah itu bisa menjelaskan mengapa hanya kau yang masuk dalam daftar mereka [Taliban]???” tanya Rasheed.





“Kau dan PBB sedang berpura-pura seakan-akan kau ditembak karena pendidikan, padahal bukan ini alasannya, bersikap jujurlah, bukan pendidikan melainkan propagandamu lah yang menjadi masalah dan apa yang kau lakukan saat ini.”





Rasheed juga mengklarifikasi mengenai kerusakan sekolah-sekolah di Lembah Swat yang disebut-sebut dilakukan oleh Taliban Pakistan. Dia menjelaskan bahwa kerusakan-kerusakan itu disebabkan oleh tentara Pakistan.





Dalam suratnya, Rasheed juga memaparkan bahwa negara-negara Barat berada dalam konspirasi Barat. Dia juga menyatakan bahwa Obama adalah seorang pembunuh massal.





Meskipun Rasheed menulis bahwa isu Malala diserang karena berkampanye untuk pendidikan itu begitu “menakjubkan”, Rasheed mengakhiri suratnya yang bertanggal 15 Juli 2013 tersebut dengan menyeru kepada Malala, “pulanglah kembali ke rumah (Pakistan), adopsi (ajaran) Islam dan budaya pashtun, bergabunglah dalam madrasah Islam Muslimah dekat kampung halamanmu.”





Hal itu menegaskan bahwa hidup Malala di kampung halamannya di Swat tidak terancam jika ia tidak menentang sistem Islam yang diperjuangkan Taliban. Taliban mengaku bertanggung jawab atas upaya pembunuhan terhadap Malala dan menyatakan bahwa langkah yang ditempuh Malala pro-Barat.










Taliban Pakistan (TTP) yang terbentuk pada tahun 2007, merupakan payung yang menyatukan berbagai faksi pejuang yang beroperasi di barat laut wilayah kesukuan Pakistan yang bergejolak di sepanjang perbatasan Afghanistan.





Di bawah peran Taliban, dalam pemerintahan Afghanistan sejak tahun 1996 sampai 2001, kaum perempuan dilarang meninggalkan rumah jika tidak disertai dengan saudara laki-laki atau suami sebagai muhrim yang bisa melindungi mereka.





Maka tidak heran, dengan klaim bahwa sistem Islam bisa mengekang kaum perempuan, musuh-musuh Islam jelas berharap bisa membelokkan kebenaran dan memanfaatkan peristiwa penembakan Malala sebagai pengekang pendidikan (bagi kaum perempuan).





MAIL ONLINE | DAILY NEWS | ARRAHMAH







Like → Tweet :










Join → Follow :











Komentar

Postingan populer dari blog ini

FOTO: Begini Foto Hitam-Putih disulap ke Warna Asli

Penulis Kondang Spanyol: “Wajar Bangsa Yahudi Selalu Terusir”

FOTO-FOTO: Anjing Ajaib Ini Bisa Berdiri di Atas Tali