Lain dulu Lain sekarang, JK Jilat Ludah Sendiri?
KETIKA belum dipilih menjadi pendamping Capres Joko Widodo (Jokowi), Jusuf Kalla begitu gencar mengkritik kinerja mantan Wali kota Solo itu sebagai Gubernur DKI Jakarta.
JK menyatakan, Jokowi belum memiliki bukti sukses sehingga tidak pantas untuk maju capres 2014. Rupanya, sikap itu berubah ketika Jokowi memilih JK sebagai Cawapres 2014.
Sikap plin-plan ini, menurut Kordinator Aliansi Ormas dan LSM (AOM) Jawa Timur Irwanto tidak mencerminkan sosok JK adalah seorang negarawan.
Ia menganggap, pernyataan JK itu tidak konsisten. "Saya menganggap JK ibaratnya menjilat ludah sendiri. JK dulu dengan sekarang berbeda," ujarnya.
Mantan Aktivis 98 ini mengaku mengagumi JK dengan sosok kenegarawannya. Namun, ketika sikap tersebut berubah ia mengaku tidak simpatik lagi. Sepertinya ada ambisi untuk berkuasa lagi. Nah, sikap tersebut tidak mencerminkan sosok negarawan sejati.
"Berbeda ketika belum dipinang sebagai Cawapres. Pak JK dengan tegas memberikan kritik-kritik keras terhadap kinerja Jokowi ketika menjabat sebagai Gubernur DKI."
"Pak JK pernah mengatakan; "Jangan berpikir dulu jadi presiden. Karena masyarakat mendukung itu baru dalam tahap harapan, nah harapannya itu harus dibuktikan"," ujar Irawanto menirukan pernyataan JK.
Ia juga meminta kepada masyarakat Indonesia sebagai penentu pemimpin masa depan untuk memberikan pilihan secara cerdas. Artinya, tidak tertipu dengan pencitraan-pencitraan para calon. Selain itu, juga mengajak untuk berifikir siapa negarawan yang layak untuk memimpin bangsa ini dalam lima tahun kedepan.
"Ada dua pasangan ini. Silahkan dipilih mana yang mampu membawa arah bangsa ini lebih maju. Yang jelas jangan Golput saat pilpres nanti," pungkasnya.
Sebelumnya, dalam sebuah wawancara khusus dengan Okezone, (27/3/13), JK menyatakan kepada Gubernur DKI Jakarta, Jokowi untuk tidak berpikir capres.
"Jangan berpikir dulu jadi presiden. Karena masyarakat mendukung itu baru dalam tahap harapan, nah harapannya itu harus dibuktikan," kata JK.
Kata JK, Jokowi dihargai lalu didukung jadi calon presiden bukan karena bukti bahwa kinerjanya membangun Ibu Kota sukses. "Macet masih macet, banjir masih banjir, kumuh masih. Belum ada buktinya sukses," tegasnya.
Mantan menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat itu mengatakan, jika Jokowi terpengaruh dengan desakan untuk jadi calon presiden, maka ketika tidak berhasil mantan walikota Solo itu akan merasakan sakit luar biasa.
"Jadi sabar untuk membuktikan," ungkapnya. "Saya yang mengajak Jokowi ke Jakarta. Saya punya harapan pada dia, kalau dia terlalu cepat bergeser banyak orang yang kecewa, nanti orang menyalahkan saya," tambahnya. (*okzone)
Komentar
Posting Komentar