Kisah Chris Tarantino, Sekeluarga Masuk Islam karena Perperangan
Mereka berdua dibesarkan di tengah keluarga Katolik Roma. Sang istri berasal dari Mannheim, Jerman. Sedang suaminya lahir di kota Kissimmee di negara bagian Florida, Amerika Serikat.
Chris Tarantino adalah seorang tentara. Suatu saat dia ditugaskan ke Irak pada 2006. Saat itulah istrinya, Cristina Tarantino mulai mempertanyakan tentang hidup dan mati. Pertanyaan inilah yang kemudian menuntunnya kepada Islam.
Cristina betul-betul takut sesuatu yang buruk akan menimpa suaminya dalam tugas. Dia mulai bertanya-tanya apa yang terjadi setelah kematian dan bagaimana menjalani hidup terbaik di bumi. Dia menghabiskan waktu dengan kakak perempuannya yang telah masuk Islam setelah menikah dengan seorang warga Palestina. Dia mencari bimbingan dari kakaknya.
Jawaban-jawaban kakaknya tentang Islam sangat masuk akal bagi Cristina. Dia juga merasakan ketenangan. Seringkali di antara perbincangan telepon dengan suaminya yang berada di Camp Taji, Irak, ia mendiskusikan mengenai kemajuan spiritual yang dialaminya. Chris tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat sang istri mengatakan ia telah menerima Islam.
Pertanyaan pertamanya kepada sang istri adalah apakah is telah mulai mengenakan jilbab. Saat itu Cristina mengatakan belum siap untuk berjilbab. Chris tidak banyak bertanya pada istrinya. Alih-alih, ia selalu memohon petunjuk dalam doanya.
Beberapa tahun kemudian, saat ia ditugaskan kembali di Irak pada 2010, tentara berambut pirang dan bermata biru itu telah menjadi seorang Muslim. Dengan berani ia memutuskan tidak akan menyembunyikan keislamannya.
"Saya pergi ke Kuwait membeli sajadah dan mulai shalat di sana. Menurut saya, mengatakan bahwa saya adalah seorang Muslim bukanlah akhir dari dunia," kata dia.
Selama satu dekade melakukan pertempuran di negara-negara Muslim, beberapa tentara terkadang harus melawan persepsi umat Muslim memusuhi militer dimana mereka mengabdi. Chris terdaftar di Angkatan Darat pada 1998.
Dia pernah ditugaskan berperang di dua negara Muslim. Dia mengatakan tidak pernah mempunyai perasaan positif atau negatif tentang Muslim, bahkan ketika menuju ke Irak.
"Yang saya tahu adalah kami akan memerangi terorisme. Sebagai prajurit, saya hanya melakukan apa yang diberitahu. Mereka mengatakan ketidaktahuan adalah kebahagiaan. Saya kira saat itu saya bodoh," katanya.
Seiring perjalanan waktu, pasangan suami istri ini tumbuh lebih religius. Mereka kerap megunjungi sebuah masjid Sunni di Mannheim. Dari sana mereka belajar seluruh ide radikal dan berjihad dengan mengandalkan kekerasan kepada Barat adalah gagasan yang benar-benar salah.
Chris mengatakan ia mengikuti ajaran Nabi Muhammad. ia mengaku tidak mengasosiasikan diri dengan radikalisme apapun. Namun, Chris memiliki situasi yang tidak biasa. Dia adalah satu-satunya tentara AS di Masjid Al-Faruq Omar, Jerman, bagian dari Muslim minoritas di militer dan bahkan salah satu dari sangat sedikit tentara Muslim yang tidak berasal dari keluarga Muslim atau keturunan Afrika-Amerika Muslim.
Meski keputusan Chris dan istrinya untuk memeluk Islam bersifat pribadi, bukan politis, pandangannya mengenai perang di Irak dan Afghanistan dan perang secara umum, telah berubah. Pemikiran Chris mengenai perang benar-benar berubah 180 derajat.
Dia memaknai benar hadits yang menyebutkan membunuh satu orang yang tidak bersalah sama artinya dengan membunuh semua orang. Dan, menyelamatkan satu orang sama artinya menyelamatkan seluruh dunia.
Sebagai bagian dari gagasan itu, pasangan ini membantu membentuk sebuah kelompok non-profit untuk mengirim persediaan makanan dan obat-obatan ke Somalia. Cristina adalah salah satu dari tujuh orang di masjid mereka yang membentuk kelompok Islamischer Humanitaerer Entwicklungsdienst atau Islamic Humanitarian Development Service (www.IHED.de)
Hanya dalam beberapa pekan, badan amal ini telah mengumpulkan dan mengirim 135 ton makanan dan obat-obatan. Semua bantuan dikumpulkan, diatur dan dilakukan selama Ramadhan. Di rumah, keluarga Tarantino terus mempelajari iman baru mereka dan berusaha menjalaninya semaksimal mungkin.
Ketika meninggalkan rumah, Cristina memakai baju lengan panjang, rok panjang dan jilbab. Banyak orang yang melihatnya dengan tatapan aneh. "Saya merasa seperti astronot," katanya.
Tapi, suaminya tidak pernah punya masalah dengan penerimaan. Tentara di unitnya mengetahui dia seorang Muslim. Chris bisa meluangkan waktu untuk shalat. Dia juga berbicara tentang Islam kepada rekannya sebagai caranya berdakwah. Pada akhirnya, mereka menghormati Chris dan bahkan mengingatkannya waktu shalat.
Ia berencana keluar dari Angkatan Darat tahun depan dan pindah bersama keluarganya ke Amerika Serikat. Cristina berencana terus mengejar gelar sarjana di bidang komunikasi. Chris berencana melanjutkan studi di Embry-Riddle Aeronautical University.
Pasangan ini bertemu di pangkalan di Mannheim lebih dari satu dekade lalu. Mereka telah menikah tiga kali. Pertama di balai kota, sekali di gereja dan terakhir kali di masjid. Salah satu hal yang paling sulit adalah memberi pemahaman pada dua putra kecil mereka. Secara bertahap anak-anak itu harus melupakan peri gigi dan Sinterklas. Sejauh ini, putra mereka bisa menerima hal Islam dengan sangat baik.
Chris sedikit tidak nyaman ketika diskusi mengenai kehidupan setelah mati, janji Tuhan mendapatkan beberapa bidadari di surga dan poligami. Istrinya mengatakan poligami adalah pilihan, tapi bukan berarti itu adalah pilihan yang harus diambil. (*stripes/rol)
Komentar
Posting Komentar