Sunni Kota Baghdad Tak Sabar Sambut Kedatangan ISIS
Para pemeluk Syi'ah, Sabtu (21/6), berparade di jalan-jalan dan bersumpah melindungi tempat suci mereka, Karbala. Sementara, di rumah-rumah penduduk Sunni tak sabar menunggu kedatangan pasukan Daulah Islamiyah Iraq and Syria (ISIS), agar segera menyerbu Baghdad.
Parade Syi'ah terbesar terjadi di Sadr, kota di pinggiran utara Baghdad. Ribuan orang berpakaian militer, mengenakan sorban, dan membawa senapan serbu, berbaris dalam formasi militer.
Mereka dipanggil Moctada al-Sadr, pemimpin Syi'ah berpengaruh di Irak. Kota Sadr diyakini memiliki 10 ribu personil, yang sebagian besar warga Syi'ah yang menawarkan diri untuk ikut berperang.
Aljazeera melaporkan kekuatan Sadr bersifat defensif, yaitu melindungi Baghdad. Lainnya adalah mengantisipasi kemungkinan munculnya 'Tentara Mahdi'.
Antara 2006 sampai 2008, Tentara Mahdi memicu konflik sektarian Sunni dan Syi'ah. Kelompok ini ditumpas dan dibubarkan tahun 2008.
Saat Syi'ah berparade, tentara ISIS membersihkan wilayah perbatasan Irak-Suriah di kota Qaim -- sekitar 320 kilometer dari Baghdad -- menyebabkan 30 tentara Irak tewas.
Parade tentara Syiah di pinggiran kota Baghdad |
Banyak pemeluk Sunni di sebelah barat Irak mendukung ISIS yang anti-Syi'ah, karena politik anti-Sunni yang diterapkan PM Nouri al-Maliki. Akibatnya, rezim al-Maliki kini menghadapi tekanan hebat dari dalam dan luar negeri.
Ia gagal menghentikan pembelotan Muslim Sunni ke ISIS. Di level bawah, tokoh-tokoh Syi'ah berupaya mendekatkan diri ke kelompok-kelompok Sunni. Mereka mengajak shalat bersama di masjid-masjid dan aktif berdialog.
Namun itu saja tidak cukup. Laporan Aljazeera dari satu ke lain permukiman menunjukan Muslim Sunni tak sabar menunggu kedatangan ISIS.
"Jika ISIS tak segera masuk Baghdad, kami berada dalam bahaya," ujar seorang pengunjung warung kopi di pinggiran Baghdad.
Lainnya mengatakan; "Mengapa ISIS berhenti di Provinsi Salahudin. Mengapa mereka tidak langsung ke Irak (Baghdad)?"
Seorang pengamat mengatakan di Irak, semua orang siap angkat senjata. Bukan untuk menghadapi ISIS, melainkan kelompok Syi'ah.
Tentara Syi'ah tidak hanya harus menghadapi ISIS, tapi juga orang-orang Sunni di sekeliling mereka.
Muslim Sunni juga demikian. Jika ISIS datang, mereka mungkin orang pertama yang dibantai tentara Syi'ah karena diserang dari dalam kota. Demikian Aljazeera.
Komentar
Posting Komentar