Samakan Putin dengan Hitler, Profesor Rusia Dipecat!
Seorang profesor di Rusia, Andrei Zubov mengaku dirinya dipecat lantaran menyamakan Presiden Vladimir Putin dengan pemimpin Nazi Adolf Hitler terkait krisis politik di Ukraina.
Andrei yang mengajar di Moscow State Institute of International Relations atau MGIMO ini membandingkan Putin dengan Hitler lewat sebuah artikel opini berjudul "This Has Already Happened" atau "Semua Ini Telah Terjadi".
Dalam tulisannya itu, Andrei mengemukakan dampak dari pengiriman tentara oleh Rusia ke Ukraina. Yakni bisa menghancurkan hubungan dengan Barat, dunia internasional, dan memicu Perang Dingin jilid baru. Ia juga menyamakan langkah Putin tersebut dengan apa yang pernah Hitler lakukan terhadap Austria, Ceko, dan Polandia pada 1938 dan 1939.
"Kita harus menghentikan semua ini. Kebijakan kita akan menyeret orang-orang dalam situasi yang mengerikan. Berkacalah pada sejarah, ada banyak biaya yang harus dikeluarkan. Kita tidak mesti melakukan apa yang Jerman lakukan di bawah janji-janji Joseph Goebbels dan Adolf Hitler," tulis Andrei, seperti dimuat The Moscow Times, Rabu (5/3/2014).
Lebih lanjut Andrei meminta para pembaca untuk tidak mendukung langkah militer pemerintah. Sebab hal itu hanya membuang darah dan air mata. "Katakan tidak untuk hal gila ini. Agresi militer tak perlu," ujarnya.
Beberapa saat setelah menulis opini, Andrei dipanggil pihak Rektorat MGIMO. Ia kemudian diminta untuk menulis surat pengunduran diri. Andrei menolak hal tersebut. Tapi ia dipastikan dikeluarkan dari kampus. Namun hingga kini, pihak MGIMO belum memberikan keterangan terkait pemecatan Andrei.
Mantan Menteri Luar Negeri Ceko Karel Schwarzenberg juga punya pendapat yang sama dengan sang profesor.
"Apa yang terjadi di Ukraina saat ini seperti sejarah yang terulang. Putin melakukan hal sama dengan apa yang dilakukan Hitler," kata Schwarzenberg, seperti dilansir Global Post, 4 Maret 2014.
Dia menjelaskan, persamaan yang dimaksud adalah pengiriman tentara Putin ke Crimea seperti invasi yang dilakukan pasukan Hitler ke Austria, Ceko, dan Polandia pada 1938 dan 1939.
Putin mulai mengirimkan tentaranya ke Crimea pada Sabtu 1 Maret 2014 setelah Parlemen Rusia mengizinkan permohonan Sang Presiden. Sejak itu pula, kondisi di Crimea menegang.
Schwarzenberg menilai alasan Putin mengirim tentara untuk melindungi warga negaranya tidak benar. Itu hanya alasan omong kosong. Sebab, menurut dia, Putin memang ingin menginvansi Crimea.
"Ia ingin menyerang Crimea. Ia butuh dalih dan mengatakan rekannya tertindas. Sama seperti Hitler yang mencaplok Austria karena ada warga Jerman yang tertindas. Tapi pada akhirnya warga Austria diperbudak," ujarnya.
Komentar
Posting Komentar