Mencari Reruntuhan MH370 di Laut Terganas di Bumi






Citra satelit baru berhasil memindai reruntuhan pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang, namun pencarian mungkin terkendala angin yang kencang dan ombak yang besar.



Pencarian pesawat naas itu beralih ke salah satu titik paling berat dan paling terisolasi di planet ini yang lebih dekat ke Antartika.



Wilayah ini sangat jarang dilalui lalu lintas maritim dan ketika ada permintaan darurat kepada kapal-kapal dagang yang melalui area ini, satu-satunya kapal terdekat ke situs itu berada dua hari perjalanan ke lokasi tersebut.



Kawasan ini juga berangin dan diamuk gelombang besar.



Menurut ahli kelautan Australia, reruntuhan itu diperkirakan 2.500 kilometer jauhnya dari garis pantai Perth, Australia Barat, dan obyek itu mengambang di laut yang paling ganas di dunia.



"Kondisi yang sangat keras, sekali Anda ke sana maka pengaruh Antartika amat terasa di samudera ini," kata Erik van Sebille, oseanografer Universitas New South Wales, Sidney.



Van Sebille, yang pernah berada di kapal riset di area ini Desember lalu, mengatakan bahkan ketika laut tenang pun tempat ini menyeramkan dan dengan mendekatnya musim gugur belahan selatan dunia maka kondisinya kian memburuk.



"Ini bukan wilayah yang Anda inginkan sebagai tempat mencari pesawat dalam waktu lama berpekan-pekan," kata dia kepada AFP.



Dia mengatakan kondisi di tempat itu sekarang mungkin lebih buruk lagi, dan andai saja kecelakaan itu terjadi beberapa bulan lalu maka keadaan akan lebih lancar karena laut beberapa bulan lalu itu lebih tenang dan lebih mendukung untuk melakukan pencarian.



Nathan Bindoff, profesor oseanografi fisik pada Universitas Tasmania, berkata, "Sektor Samudera Hindia ini adalah wilayah yang diliputi angin kencang dan gelombang besar. Ini adalah sektor paling berangin di bagian selatan samudera tersebut.”



Bindoff mengatakan biasanya hanya ada satu kapal dalam 50 hari pelayaran yang mengarungi daerah ini, dan kapal ini pun lebih mendekat ke Antartika dan pangkalan risetnya ketimbang ke area di mana puing terpetakan satelit tersebut berada.



"Dalam beberapa hal lebih banyak mata (manusia) di dekat Antartika ketimbang di bagian selatan samudera ini," kata dia.



Para oseanografer mengatakan, kekuatan arus laut juga bisa menghambat upaya mencari puing apa pun di mana objek-objek terpetakan satelit tersebut terendam dan terapung-apung di lautan di tengah gelombang laut setinggi bukit.



"Jadi Anda menghadapi angin yang amat sangat kencang di sana dan gelombang yang sangat tinggi. Anda menghadapi arus laut paling kuat di dunia," kata van Sebille.



Dia mengatakan setiap puing pesawat bisa saja sudah berada 1.000 km dari tempat di mana pesawat itu menghujam samudera sehingga ini membuat kerja memetakan situs kecelakaan menjadi lebih sulit lagi.







Pencarian MH370 sendiri telah dibandingkan dengan pencarian serupa terhadap jet Air France yang jatuh di Samudera Atlantik pada 2009 dengan menenggelamkan 228 nyawa.



Namun kepala investigasi insiden Air France itu, Alain Bouillard, mengatakan pencarian MH370 akan jauh lebih sulit dibandingkan yang diketahui para pejabat Prancis yang dulu sukses memastikan lokasi Air France 447 empat menit sebelum tumbukan.



Pihak berwenang Australia sendiri berhati-hati mengasumsikan objek-objek di Samudera Hindia itu sebagai milik pesawat Malaysia yang hilang tersebut.



"Itu bisa saja kontainer yang jatuh dari sebuah kapal, kami tak tahu," kata Perdana Menteri Tony Abbott.



Namun, Van Sebille mengatakan jarang sekali ada puing sebanyak itu berada di area pencarian tersebut.



"Ini bagian paling perawan dari samudera ini yang jika pun memang puing-puing, maka kemungkinan besar itu berasal dari pesawat atau dari kapal yang berada di samudera itu sendiri, dan (masalahnya) tidak banyak yang berlayar melalui wilayah ini,” kata dia.



"Ini jalur yang sungguh berbahaya," kata Tim Huxley, kepala eksekutif Wah Kwong Maritime Transport Holdings di Hong Kong merujuk zona pencarian puing diduga MH370 tersebut. "Ini adalah tempat yang amat sangat sepi," kata Huxley lagi seperti dikutip AFP.







Koran Sydney Morning Herald juga mengutip pakar dari Universitas Austrlia Barat Chari Pattriaratchi, yang mengatakan bahwa reruntuhan pesawat itu kemungkinan berada dekat “Roaring Forties”, kawasan laut yang anginnya bisa mendadak jadi puting beliung dan ombaknya meraung-raung.



“Anda mungkin bisa menemukan reruntuhan pesawat di permukaan laut, tapi badan besar pesawat mungkin di dasar samudra,” katanya. (*AFP/ACW/ANT)





















Komentar

Postingan populer dari blog ini

FOTO: Begini Foto Hitam-Putih disulap ke Warna Asli

Penulis Kondang Spanyol: “Wajar Bangsa Yahudi Selalu Terusir”

FOTO-FOTO: Anjing Ajaib Ini Bisa Berdiri di Atas Tali