Prinsip, Antara Venezuela dan Arab Saudi
Dr. Fayez Syamalah
Jangan terpedaya dengan agama resmi sebuah negara. Tidak perlu peduli dengan bahasa resmi yang digunakan oleh sebuah pemerintah atau jargon dan statemen-statemen. Tapi bertanyalah tentang prinsip dan nilai kemanusiaan yang mengendalikan sebuah pemerintahan dan sistem politiknya. Amatilah sikap-sikapnya terhadap segala peristiwa yang dilalui oleh negeri-negeri muslim.
Selama beberapa hari ini, bangsa mesir mengalami aksi pembantaian dan pembunuhan di tangan kelompok kudeta. Terjadi perang terhadap kelompok sipil yang menggugah nurani manusia di seluruh dunia. Peristiwa di Mesir telah memancing hampir seluruh pemerintah untuk mengambil sikap. Entah membela konsitusi dan kemanusiaan serta demokrasi atau membela aksi pembunuhan pertumpahan darah dan perampasan terhadap pemerintahan yang sah secara paksa.
Sikap warga dunia terhadap peristiwa yang terjadi di Mesir berbeda-beda sesuai dengan pemikiran dan prinsipnya masing-masing yang menentukan sikap politiknya atau bahkan kecenderungan kejiwaan dan warisan budaya serta kepentingan mereka.
Dukungan terhadap kelompok kudeta atau menolaknya tidak lagi ditentukan oleh agama atau bahasa. Bisa jadi anda mendapatkan warga Arab membela kudeta tapi bisa jadi anda juga menemukan warga Perancis yang membela dan mendukung konstitusi. Dan bisa jadi anda juga menemukan kelompok Kristen yang menentang kudeta tapi juga anda bisa menemukan seorang Muslim yang mati membela kudeta militer di Mesir.
Apa yang terjadi di mesir bisa jadi layak disebut sebagai sebuah skandal atau bahkan apa yang terjadi di Mesir menjadi pengungkap tentang kejiwaan manusia dan rezim-rezim penguasa peristiwa itu telah menyaring manusia dan penguasa kemana lagi loyalitas dan keberpihakan mereka.
Peristiwa di Mesir saat ini tidak memberikan kesempatan bagi seorang pun bersikap tidak jelas. Dia dia harus menentukan sikapnya membela konstitusi dan demokrasi atau membela kudeta. Membela kekerasan atau membela kepentingan mereka yang memiliki kekuatan dan kekuasaan.
Membela rezim Mubarak atau membela revolusi Mesir. Peristiwa di Mesir telah mengharuskan rezim Saudi menentukan sikapnya membenci demokrasi secara umum dan mengumumkan keberpihakannya terhadap pemerintahan “personal mutlak” (system kerajaan).
Saya tidak ingin menyatakan rezim Saudi yang membenci gerakan Ikhwanul Muslimin atau setuju atau berbeda dengan gerakan ini baik dalam masalah politik ataupun keamanan. Sikap rezim Saudi yang menentang konstitusi di Mesir didasarkan sistem pemerintahan Saudi sendiri dan cara diktator yang diterapkannya.
Karena itu demokrasi yang dipegang oleh pemerintah Venezuela misalnya menjadi penyebab pemerintah ini melawan kudeta militer di Mesir dan membela konsitusi yang ada di negeri ini.
Perhatikan bagaimana sistem pemerintahan Saudi yang menggunakan bahasa resminya Arab dan mengibarkan bendera Islam, menganjurkan shalat lima waktu sehari semalam. Sementara pemerintah Venezuela tidak mengerti bahasa arab dan tidak mengerti tentang kiblat secara geografis serta tidak meyakini kebenaran Islam sebagai agama untuk negara ini tapi mereka membela konstitusi serta menentang kudeta militer di Mesir.
(*/palestine.center)
Komentar
Posting Komentar