Perang Dingin II di Depan Mata: Serbu Suriah, Rusia Hantam Amerika
Rusia mengecam keras AS jika benar-benar mau mengerahkan kekuatan militer untuk menyerang Suriah dengan tuduhan mengenai penggunaan senjata kimia oleh tentara Bashar al-Assad.
Moskow “sangat kecewa” dengan keputusan Washington yang menggagalkan pertemuan bilateral dengan Rusia untuk membahas krisisi Suriah, Rabu besok.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry kemarin mengatakan, ditemukan bukti yang “tak terbantahkan” dalam serangan dengan menggunakan senjata kimi di pinggiran Damaskus pekan lalu. Kerry juga mengutuk penggunaan senjata semacam itu oleh rezim Presiden Bashar al-Assad yang patut disebut sebagai “bermoral bejat”
Pernyataan Kerry itu “bisa dikategorian mengklaim bahwa AS mempunyai ‘bukti tak terbantahkan’ mengenai penggunaan senjata kimia oleh rezim Suriah, meskipun datanya belum dipresentasikan,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Alexander Lukashevich, Selasa (27/8), seperti ditulis RIA Novosti.
Rezim al-Assad menampik tuduhan penggunaan senjata kimia, dan menayangkan di televisi pemerintah apa yang diklaim itu adalah bukti bahwa kelompok pemberontaklah yang menggunakan senjata kimia.
Dewan Keamanan PBB sejauh ini belum mengeluarkan persetujuan intervensi militer dalam krisis Suriah. Moskow, bersama Beijing, sebelumnya memveto tiga resolusi Dewan Keamanan yang mengutuk pemerintahan al-Assad.
“Upaya menerabas Dewan Keamanan, yang sekali lagi dibuat secara artifisial, dengan dalih yang tak ada buktinya untuk melakukan intervensi bersenjata di kawasan ini adalah kebohongan yang membuat Suriah lebih menderita dan bisa merembet ke negara-negara lain di Timur Tengah dan Afrika Utara, “ tutur Lukashevich yang diunggah di situs web Kemlu Rusia.
Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel bilang pada hariMinggu kemarin bahwa Presiden Barack Obama mengatkan kepadanya untuk “mempersiapkan opsi untuk semua tindakan” dalam menentukan apakah akan menggunakan kekuatan militer melawan pemerintah al-Assad, tulis Associated Press.
John Kerry Beri Sinyal Penyerbuan
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, mengatakan negaranya telah memberikan sinyal melakukan aksi (militer) ke Suriah. "Pemerintahan Obama yakin rezim Suriah berada di balik serangan pada Rabu, 21 Agustus 2013, di dekat Damaskus."
Menurut kelompok oposisi Suriah, lebih dari 1.300 orang tewas ketika pasukan rezim melesakkan senjata kimia melawan pemberontak di kota-kota sebelah timur dan barat daya Damaskus pada Rabu, 21 Agustus 2013.
Pemerintah Suriah menolak tuduhan tersebut. "Serangan senjata kimia itu omong kosong," kata Presiden Bashar al-Assad.
Pernyataan itu disampaikan Kerry beberapa jam setelah tim inspeksi PBB yang sedang mengunjungi Suriah dtembaki saat dalam perjalanan menuju lokasi serangan senjata kimia.
"Perlu saya jelaskan, pembunuhan terhadap warga sipil, terdiri dari anak-anak, perempuan, dan orang-orang tak berdosa, dengan senjata kimia merupakan sebuah pencabulan moral," ujar Kerry.
Inggris Siapkan Aksi Militer ke Suriah
Setelah Amerika Serikat (AS), kini Inggris mengeluarkan sikap resminya terhadap serangan senjata kimia oleh pemerintah Suriah terhadap pemberontak di Suriah.
Inggris menyatakan tengah menyiapkan rencana cadangan jika merasa perlu untuk melakukan aksi militer sebagai respons atas serangan tersebut.
Downing Street 10 atau Perdana Menteri Inggris David Cameron menyatakan aksi militer, jika itu dilakukan, merupakan langkah proporsional yang legal dan sesuai dengan kesepakatan sekutu internasional.
Cameron juga menyatakan akan bahwa Parlemen Inggris juga perlu dimintai pendapatnya mengenai rencana perdana menteri itu.
Assad: Kami Akan Libas AS Seperti di Vietnam
Presiden Suriah Bashar al-Assad pada Senin, 26 Agustus 2013, memperingatkan Amerika Serikat bahwa Washington akan mengalami bencana seperti di Vietnam jika negeri itu benar-benar memilih opsi serangan militer ke Damaskus setelah ada dugaan penggunaan senjata kimia dalam serangan Rabu, 21 Agustus 2013.
"Kegagalan menunggu Amerika Serikat sebagaimana berbagai perang yang dilakoninya, berawal pada Perang Vietnam hingga peperangan berikutnya," kata Assad dalam sebuah wawancara dengan koran Rusia, Senin, 26 Agustus 2013, seperti dikutip Reuters. | ATJEHCYBER
(*/pelbagaisumber)
Komentar
Posting Komentar