Islamphobia Jangkiti Perancis, Mualaf justru Meroket
ISLAMFOBIA mulai menyebar luas di negara-negara Eropa seperti Prancis, Belgia, Swiss, Belanda, dan Spanyol. Mulai pertengahan tahun ini, berbagai tindakan rasial menyudutkan umat Islam di sana.
Kelompok hak asasi Amnesty International melansir fakta mengejutkan, banyaknya muslim memakai atribut agamanya seperti jilbab atau memelihara janggut mendapat perlakuan tidak menyenangkan.
Islamphobia pun kini mulai membayangi kehidupan warga muslim di Prancis. Mereka merasa Pemerintah Prancis mengekang hak mereka untuk beragama.
"Kenapa ketika ada acara dari kelompok agama lain mereka tidak masalah, namun acara warga muslim menjadi perhatian?" tanya aktivis Islam Prancis, Abdallah Zekri, seperti dikutip Associated Press, Senin (5/8/2013).
"Warga Muslim juga bagian dari Prancis," lanjutnya.
Pemerintah Prancis beralasan negaranya menjunjung tinggi prinsip sekularisme yang memisahkan negara dengan agama. Mereka melarang praktik agama di tempat umum untuk menjaga harmoni masyarakat. Namun, banyak warga muslim merasa kebijakan itu ditunggangi perasaan Islamofobia.
Salah satu yang menjadi perhatian komunitas muslim adalah larangan mengenakan jilbab. Kebijakan itu membuat perempuan muslim Prancis kesulitan mendapat bekerja.
"Saya tidak pernah diterima bekerja di kantor," tutur perempuan Prancis keturunan Aljazair, Mohera Lukau.
"Banyak yang menyuruh saya kembali ke negara asal saya ketika saya mempertanyakan kebijakan pemerintah. Padahal saya lahir dan besar di Prancis," lanjut perempuan itu.
Mualaf justru Meroket
Di Perancis paham Sekularisme berikut dengan kebijakannya yang diskriminatif tidak menghalangi pertumbuhan populasi muslim. Hal itu diakui pejabat Kementerian Dalam Negeri Prancis yang menangani masalah isu-isu agama, Bernard Godard.
"Fenomena itu sangat mengesankan, terutama sejak tahun 2000," kata Godard seperti dikutip The New York Times.
Ia mengungkap jumlah warga Prancis yang memeluk Islam per tahunnya mencapai 150 orang. Jumlah tersebut meningkat dua kali lipat selama 25 tahun terakhir.
"Jumlah Muslim Prancis diperkirakan enam juta jiwa, sekitar 100 ribu orang di antaranya merupakan mualaf. Jumlahnya memang meningkat, coba anda lihat tahun 1986 silam, hanya ada sekitar 50 ribu mualaf," kata Godard.
Sementara itu, menurut versi asosiasi Muslim, jumlah mualaf mencapai 200 ribu orang. Asosiasi menyebutkan alasan di balik peningkatan itu ada semacam perubahan besar yang mendorong konversi tersebut. Namun, tidak dijelaskan perubahan besar apa yang dimaksud.
Di Marseille, yang dikenal sebagai kantong Muslim terbesar di Prancis, mencatat peningkatan jumlah mualaf yang luar biasa dalam tiga tahun terakhir. Imam Masjid Besar Marseile, Ghoul Abderrahmane, mengatakan lebih dari 130 sertifikat konversi yang ditandatanganinya selama 2012.
"Saya pikir fenomena ini didorong sekularisme Prancis yang melahirkan kekosongan spiritual pada warga Prancis," tandasnya.
Komentar
Posting Komentar