Indonesia Mendua Soal Pembantaian Mesir
Patut disayangkan bahwa dalam menyikapi tragedi berdarah di Mesir, Pemerintah RI masih bersikap mendua. Rakyat begitu prihatin atas tragedi pembantaian pengunjukrasa damai di Mesir, sementara Presiden SBY hanya mengimbau militer Mesir dan pendukung Muhammad Morsi menghentikan aksinya.
Coba simak, di satu sisi, SBY menyatakan prihatin. Namun, di sisi lain, SBY justru mengimbau agar kedua pihak yakni massa Ikhwanul Muslimin dan militer, menghentikan aksi kekerasan. Padahal jelas-jelas yang melakukan kekerasan adalah militer Mesir terhadap kaum pengunjukrasa tak bersenjata.
Militer Mesir adalah pelaku kekerasan dan pelaku utama kudeta atas Presiden Morsi yang terpilih secara demokratis.
"Saya berpendapat, meskipun sulit, solusinya haruslah "win-win", didahului dengan penghentian semua aksi kekerasan dari ke 2 belah pihak," kicau akun @SBYudhoyono diakhiri tanda *SBY* menandakan pernyataan itu resmi dari SBY, Kamis (15/8) dini hari.
SBY menyebut "aksi kekerasan dari kedua belah pihak" patut dihentikan dan itu artinya SBY juga menuduh pihak pengunjukrasa damai melakukan kekerasan. Dari jumlah korban tewas yang mencapai ratusan orang saja, sudah terlihat kekuatan yang tidak seimbang antara militer Mesir yang brutal dengan para pengunjukrasa damai dari kubu pendukung Muhamad Morsi.
Begitu jelas bahwa dua pihak yang dimaksud SBY dalam twitnya adalah militer Mesir dan Ikhwanul Muslimin. Sebagaimana disebutkan dalam twit sebelumnya.
"Indonesia juga berharap pemerintah & militer Mesir, serta Ikhwanul Muslimin, berusaha kuat mencegah bertambahnya korban. Penggunaan kekuatan & senjata militer terhadap demonstran di Mesir, apalagi berlebihan, bertentangan dengan nilai demokrasi & kemanusiaan," demikian SBY.
Banyak umat Islam dan Komisi I DPR RI mendesak pemerintah RI bersikap tegas mengutuk pembantaian ribuan demonstran yang dilakukan oleh militer Mesir,
Situasi politik dan keamanan di Mesir dua pekan terakhir ini memang terus bergejolak. Pasca-pelengseran Presiden Mesir Mohammad Morsi, situasi politik kian tak menentu. Perang saudara mengancam di negeri Piramida itu. Publik menanti peran RI di era SBY dalam memberi respons gejolak Mesir.
Desakan agar Indonesia berperan aktif dalam merespons konflik di Mesir menguat dari dalam negeri. Peran politik Indonesia sebagai negara terbanyak penduduk beragama Islam, anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) serta nilai kesejarahan RI-Mesir yang panjang diharapkan tampil sebagai perwujudan amanat konstitusi yakni turut serta dalam perdamaian dan ketertiban dunia.
Wakil Ketua MPR RI Lukman Hakim Saifuddin menyatakan Indonesia dan Mesir sebagai sesama anggota OKI dan memiliki sejarah panjang dalam hubungan kedua negara diminta pro aktif menengahi konflik yang telah memakan ratusan korban jiwa ini.
Pemerintah Indonesia haruslah proaktif tawarkan diri menjadi pihak yang bisa memediasi terwujudnya rekonsiliasi di antara para pihak yang bertikai dalam pemerintahan Mesir.
“Pemerintahan SBY tidak boleh lamban dan membiarkan tragedi kekerasan Mesir itu terus berjalan," ujar Lukman Hakim, politisi PPP itu.
(*/inilah)
Komentar
Posting Komentar